Kamis, 18 November 2010

Sejarah Kabupaten Cilacap

1. Zaman Kerajaan Jawa

Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta. Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :

- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur

- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap disebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.

Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .

Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.

Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.

2. Zaman Penjajahan Belanda

Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :

"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pe,abuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".

Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu : afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent. Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.

Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.

Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut :

Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng. Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat). dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut. Dari sana kearah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu. dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks. Kawedanan Kroya , karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas. Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.

Pada masa residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).

Daftar Nama Bupati Cilacap :

  1. R. Tumenggung Tjakra werdana II (1858-1873)

  2. R. Tumenggung Tjakra Werdana III (1873-1875)

  3. R. Tumenggung Tjakra Werdana IV (1875-1881)

  4. R.M Adipati Tjakrawerdaya (1882-1927)

  5. R.M Adipati Arya Tjakra Sewaya (1927-1950)

  6. Raden Mas Soetedjo (1950-1952)

  7. R. Witono (1952-1954)

  8. Raden Mas Kodri (1954-1958)

  9. D.A Santoso (1958-1965)

10. Hadi Soetomo (1965-1968)

11. HS. Kartabrata (1968-1974)

12. H. RYK. Moekmin (1974-1979)

13. Poedjono Pranyoto (1979-1987)

14. H. Mohamad Supardi (1987-1997)

15. H. Herry Tabri Karta, SH (1997-2002)

16. H. Probo Yulastoro, S.Sos, MM, M.Si (2002- sekarang)

English translation

Cilacap District History1. Age of the Kingdom of Java
Search history era began since the era of Javanese kingdom of Mataram Hindu Kingdom to the Kingdom of Surakarta. At the end of the Majapahit Kingdom era (1294-1478) the forerunner of Cilacap district is divided into regions of the Majapahit Kingdom, Duke and the Kingdom of Sand Luhur Pakuan Pajajaran, whose territory stretches from east to west:
- Region Ki Gede's father and the Ki Ageng Donan under the authority of the Kingdom of Majapahit.
- County Royal Nusakambangan and regions Duke Sand Luhur
- Region Pakuan Pajajaran Kingdom.
According to Husein Djayadiningrat, Pakuan Pajajaran Hindu kingdom after being attacked by Islamic job offerings and Cirebon fell in 1579, so that the eastern part of the Kingdom of Pakuan Pajajaran handed over to the Kingdom of Cirebon. Therefore, the entire region forerunner of Cilacap district on the east side under the rule of the Islamic Empire and the west Pajang handed over to the Kingdom of Cirebon.
Kingdom Pajang replaced with the Islamic Mataram Kingdom which was founded by Panembahan Senopatipada year 1587-1755, the precursor region Cilacap District which was originally under the rule of the Islamic Empire Pajang submitted to the kingdom of Mataram.
In 1595 the Kingdom of Mataram constructed to County Galuh residing in the territory of the Kingdom of Cirebon.
According to the diary entry Dutch Company in Fort Batavia, dated February 21, 1682 received a letter containing a translation of the Citarum road trip, north of Karachi to Bagelen. The names of the regions through which the forerunner of Cilacap district is Dayeuhluhur and Limbangan.
2. Dutch colonization era
Formation Onder Afdeling Cilacap (two months after the resident on duty Launy) with besluit Governor-General D. De Erens dated July 17, 1839 Number 1, decides:
"In the interest of local government implementation of a more tidy in the southern region and increasing development pe Banyumas, abuhan Cilacap, the organization's pending proposal southern districts which will be part of, one of three Assistant Resident in this residency will be based in Cilacap."
Because the area of South Banyumas considered too broad to be maintained by the Regent and Regent Purwokerto Banyumas then with Besluit dated June 27, 1841 No. 10 stipulated: "Patenschap" Dayeuhluhur separated from Banyumas and made a separate department namely: section Cilacap Cilacap to the capital city, which became locus chief European Bestuur Bestuur Assistant Resident and Chief Native Rangga or Onder Regent. Thus the Government of the Natives called Onder Regentschap commensurate with the Regional Head Patih Dayeuhluhur.
However the establishment of department meet the wishes of Purwokerto and Banyumas Regent who had long wanted to reduce the area of power each with Patenschap Dayeuhluhur and Adiraja District.
The District boundary Adiraja which together form the Onder Regentschap Dayeuhluhur pattenschap Cilacap according to a plan Resident Banyumas De Sturier dated March 31, 1831 are as follows:
From Serayu River estuary upstream toward the midpoint of the height of Mount Prenteng. From there to the summit, down to the southeast mountains Kendeng, to the summit of Mount Gumelem (Igir mourn). from there to the south following the boundary area of residency of Banyumas towards the sea. From there towards the west along the coast toward the mouth of the River Serayu. from Adiraja District boundaries can be seen that the District Adiraja as a forerunner of the ex Kawedanan Kroja greater than the former. Kawedanan Kroya, since that time there have been no Kalireja District, which is formed from sub-section Adiraja District and as District Banyumas. So Onder Regentschap Cilacap area is still larger than the area of Cilacap district now.
During the 9th Banyumas resident Van de Moore proposed the Dutch East Indies government on October 3, 1855 signed by the Governor-General Duijmaer Van Tuist, to the Minister of the Royal Dutch Colonial in Sreserpt Cabinet on December 29, 1855 No. 86, and a secret letter of the Minister of Colonial date January 5, 1856 No. 7 / A submitted to the Governor-General of the Dutch East Indies. Cilacap district formation proposal by the Minister of Colonial meaningful application for approval of the formation of two of Cilacap Regency and bestir indigenous organizations and the expenditure budget of more than F.5.220 per year which both require the approval of the King of the Netherlands, after receiving a confidential letter of the Minister of Colonial Government of the Netherlands East Indies with besluit Governor-General dated March 21, 1856 No. 21 among others, determined Onder Regentschap Cilacap increased to Regentschap (Cilacap District).
Cilacap Regent Names List:

  
1. R. Tumenggung Tjakra werdana II (1858-1873)

  
2. R. Tumenggung Tjakra Werdana III (1873-1875)

  
3. R. Tumenggung Tjakra Werdana IV (1875-1881)

  
4. R.M Tjakrawerdaya Duke (1882-1927)

  
5. Duke R.M Arya Tjakra Sewaya (1927-1950)

  
6. Raden Mas Soetedjo (1950-1952)

  
7. R. Witono (1952-1954)

  
8. Raden Mas Kodri (1954-1958)

  
9. D.A Santoso (1958-1965)
10. Hadi Soetomo (1965-1968)
11. HS. Kartabrata (1968-1974)
12. H. RYK. Moekmin (1974-1979)
13. Poedjono Pranyoto (1979-1987)
14. H. Mohamad Supardi (1987-1997)
15. H. Herry Tabri Karta, SH (1997-2002)
16. H. Probo Yulastoro, S. Sos, MM, M. Si (2002 - present)

 
Source: Here

0 komentar:

Posting Komentar