Selasa, 26 Oktober 2010

Tsunami Mengamuk, Merapi Meletus

Bencana bertubi-tubi melanda Indonesia. Tsunami mengamuk di Mentawai. Di Jogyakarta Gunung Merapi meletus.

Sampai tadi malam, korban jiwa tsunami di Mentawai mencapai 113 dan ratusan orang dinyatakan hilang. Tidak tertutup kemungkinan jumlah ini bakal bertambah.

Gulungan ombak yang menyerbu daratan ini akibat gempa berkekuatan 7,2 skala sejak richter sejak Senin (25/10) sampai Selasa (26/10) dini hari di Kepulauan tersebut.

Pada Senin malam BMKG memang telah memperingatkan adanya potensi tsunami. Namun beberapa lama kemudian, peringatan itu dicabut. Ternyata pencabutan peringatan itu hanya berdasarkan data dari alat pantau di Padang, bukan di Mentawai.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi mengakui tidak ada alat pantau di Mentawai. "Dekat Mentawai kita nggak punya alat pantau di sana. Sejak semalam kita nggak bisa memantau Mentawai," jelasnya.

Alat pemantau gelombang ini bernama tide gauge yang disediakan oleh Bakorsurtanal. Namun Bakorsurtanal tidak memasang tide gauge untuk daerah Mentawai. "Yang terpantau itu hanya di Padang," kata Riyadi.

Lantas, terkait dengan pencabutan ancaman tsunami, menurut Riyadi tidak ada yang salah. Meskipun pemerintah akhirnya menyebutkan telah terjadi tsunami di Mentawai. "Pencabutan warning itu artinya situasi aman untuk masyarakat kembali ke rumah. Bisa karena tsunami tidak terjadi, atau tsunami sudah lewat," ungkap dia.

Sebetulnya, tanda terjadinya tsunami telah muncul sejak Senin. Saat gempa terjadi, air laut sempat mengalami pasang setinggi satu meter di Pulau Sikakap. "Air laut naik setinggi satu meter hingga mencapai pesisir pantai," ujar Jhoni, salah seorang warga Pulau Sikakap.

Jhoni menceritakan, saat terjadi gempa, masyarakat yang berada di Pulau Sikakap sempat berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. "Untungnya tidak ada korban jiwa dan tidak ada bangunan yang rusak," jelasnya.

Jhoni melanjutkan, setelah gempa pertama, warga telah kembali tenang. Bahkan saat terjadi gempa susulan. "Listrik juga tidak padam dan komunikasi telepon tetap tersambung," kata Jhoni.

Menurut Jhoni, sempat terdengar desas-desus dari beberapa warga bahwa di Pulau Malakopa, air laut cukup tinggi menghantam daerah tersebut. "Tapi masih informasi liar dan penduduk di daerah sana rata-rata tinggal di daerah perbukitan," terangnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kemkes Mudjiarto, dalam siaran persnya menyebutkan, total yang sudah meninggal 113 orang.

Dia menjelaskan, korban meninggal di Desa Sipora mencapai 18 orang, dan 5 hilang, di Pagai Selatan 20 meninggal dunia dan 4 orang hilang. Di Sikakap meninggal 7 orang dan 1 orang hilang, dan di Pagai Utara meninggal 58 dan hilang 140.

"Petugas masih melakukan evakuasi," tambahnya.

Selain itu, tsunami juga menerjang 2 kapal berbendera asing. Dua kapal tersebut bernama Freedom dan Midas.

"Saya juga menerima SMS dari Gubernur katanya ada 2 kapal berbendera asing bernama Freedom dan Midas," kata Menko Kesra Agung Laksono di Gedung Agung, Yogyakarta.

Agung mengatakan, 2 kapal asing itu membawa turis peselancar. Kapal Midas kini hancur terbakar. Sedangkan Freedom mengalami rusak berat. "Tapi seluruh penumpang selamat," ujarnya.

Menurut Agung, masih ada 135 warga lagi yang dinyatakan hilang. Ada 645 KK yang sudah diungsikan.
"Ini laporan dari gubernur. Saya bicara dengan beliau tapi agak terputus-putus," jelasnya.

Agung juga mengimbau warga agar berhati-hati karena cuaca sangat ekstrim. Gelombang di Mentawai masih tinggi akibat tsunami yang menerjang 7 desa dan 4 kecamatan tersebut. 4 Kecamatan tersebut yakni Sikakap, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.

"Kita terkendala sulitnya komunikasi karena ombak ganas," ungkapnya.

Merapi Meletus

Selasa kemarin, Gunung Merapi yang beberapa hari terakhir ini menunjukkan aktivitas tinggi, akhirnya meletus. Letusan  terjadi sekitar pukul 17.23 WIB.  Ribuan warga telah diungsikan sebelum terjadi letusan.
Bencana ini juga menjatuhkan korban jiwa, termasuk puluhan yang menderita luka bakar. Mereka yang menjadi korban ini karena terlambat mengungsi maupun berusaha bertahan di lereng Gunung tersebut.

Korban jiwa akibat awan panas ditemukan di kediaman juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan di Desa Kinahrejo. Di dalam rumah ditemukan empat korban tewas. Dan di sekitar rumahnya terdapat 12 jenazah lain. Total ada 16 jenazah.

16 Jenazah itu ditemukan oleh Tim Evakuasi yang bergerak ke rumah Mbah Maridjan sekitar pukul 22.00 WIB, Selasa (26/10). "Ada 4 jenazah ditemukan di dalam rumah Mbah Maridjan," kata Kolonel (Laut) Pramono, saat ditemui di Balai Desa Hargobinagun. Pramono merupakan pimpinan tim evakuasi yang menyisir rumah Mbah Maridjan.

Selain itu, Tim Evakuasi juga menemukan banyak mayat di sekitar rumah Mbah Maridjan. "Jenazah-jenazah itu dalam kondisi gosong, karena terbakar,” tutur Pramono.

Dia juga menggambarkan jalan menuju rumah Mbah Maridjan yang porak-poranda.   "Di sekitar rumah banyak pohon tumbang," ujar Pramono. Hawa di Desa Kinahrejo juga panas, masih ada titik api yang menyala.
Pencarian korban langsung dipimpin Pramono bersama 36 anggota Tim SAR. Menurut Pramono, kondisi gelap mengakibatkan pencarian para korban agak sulit. Namun, tim tidak menyerah.

Tim evakuasi belum bisa mengidentifikasi nama korban tewas. Namun tim telah membawa jenazah ke rumah sakit terdekat untuk mencari tahu identitas korban.

Di Sleman juga terdapat korban tewas akibat awan panas Gunung Merapi. Di RS Panti Nugroho, Sleman, hingga saat ini sudah ada tiga jenazah. Satu di antaranya bayi.

Sumber : Di sini

0 komentar:

Posting Komentar